Jumat, 17 Mei 2013

Alamat I'rob Asli dan Far'iyah


Sebelumnya kita sudah menyinggung alamat-alamat i'rob yang asli, silahkan baca kembali di sini . Pada buku durusullughoh hal. 6 disebutkan kembali contoh alamat i'rob asli sebagaimana terlihat di bawah ini:
Kemudian untuk alamat i'rob far'iyah terdapat dalam beberapa jenis isim...sebagai berikut:


1. Jamak Muannas Salim, untuk alamat nashobnya adalah kasroh (jer)...Ingat kembali tashrifnya. Contohnya ...Kholaqallo-Hu AsSamawaa-Ti wal Ar-Dli. Assamawaa-Ti ini adalah berkedudukan sebagai maf'ulum bihi, maka dia harus nashob, namun nashobnya dengan jer.

2. Al-Mamnu' min Asshorfi, Alamat jernya dengan fathah. Contoh: idzhab ila fir'auna....Fir'auna ini termasuk ke dalam almamnu' minasshorfi, alasannya karena nama fir'aun sendiri bukan nama asli arab. Seperti misalnya Ibrohiimu, Ya'kubu.

3. Asma-ul khomsah...Rofa'nya dengan wau, nashobnya dengan alif, dan jernya dengan ya'.
Contohnya sudah ada di atas, perhatikan kalimat abu-u dalam posisi rofa', nashib dan jer.

bersambung....

Kamis, 16 Mei 2013

Isim Mabni


  الأسماءُ كلُّها معربةٌ ما عدا الفِئاتِ الآتية:
Isim-isim seluruhnya mu'rob kecuali golongan isim berikut ini:



Isim-isim semuanya mu'rob kecuali golongan isim berikut:

1. Addomaa-ir (jamak dari dhomir  = kata ganti)
    misalnya: 
--  Huwa, hum, anta, antum, anaa, dzahabtu, qoolu-u (ini domir-domir yang rofa')
    kenapa rofa'...? karena posisinya sebagai subjek.

--  roaitu-hu, as-alu-ka, dlorob-ni (ini dlomir-dlhomir yang nashob)
    kenapa nashob..? karena posisi dhomir sebagai maf'ulumbih. 
    misalnya roitu-hu...hu di situ adalah     kata ganti dia yang posisinya sebagai objek. Kita tahu Objek selalu nashob....

-- kitaabu-hu (susunan idlofah), hu disitu adalah jer karena dia sebagai mudhofun ilaih. Demikian pula untuk daftaru-Ha, dan ismu-Ka. sedangkan 'alai-Ha dan la-Naa, majrur karena adanya huruf jer.

selanjutnya silahkan anda lihat dalam teks di atas jenis-jenis isim mabni sudah jelas sekali. Sebagai pandauan juga lihat di sini http://durusul-arobiyah.blogspot.com/2013/01/isim-murob-dan-isim-mabni.html

Rabu, 15 Mei 2013

I'RAB ISIM


إِعْرَاب اْلاِسْم
I'RAB ISIM

I'rab ialah perubahan baris/bentuk yang terjadi di belakang sebuah kata sesuai dengan kedudukan kata tersebut dalam susunan kalimat. Pada dasarnya, Isim bisa mengalami tiga macam I'rab yaitu:
1. I'RAB RAFA' ( رَفْع ) atau Subjek; dengan tanda pokok: Dhammah ( ُ  )
2. I'RAB NASHAB ( 
نَصْب ) atau Objek; dengan tanda pokok: Fathah ( َ   )
3. I'RAB JARR ( 
جَرّ ) atau Keterangan; dengan tanda pokok: Kasrah ( ِ   )

Perhatikan contoh dalam kalimat di bawah ini:
جَاءَ الطُّلاَّبُ= datang siswa-siswa
رَأَيْتُ الطُّلاَّبَ
= aku melihat siswa-siswa
سَلَّمْتُ عَلَى الطُّلاَّبِ
aku memberi salam kepada siswa-siswa
Isim الطُّلاَّب (=siswa-siswa) pada contoh di atas mengalami tiga macam I'rab:
1) I'rab Rafa' (Subjek) dengan tanda Dhammah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبُ )
2) 
I'rab Nashab (Objek) dengan tanda Fathah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبَ )
3) 
I'rab Jarr (Keterangan) dengan tanda Kasrah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبِ )
Alamat I'rab seperti ini dinamakan Alamat Ashliyyah (عَلاَمَات اْلأَصْلِيَّة) atau tanda-tanda asli (pokok).

Perlu diketahui bahwa tidak semua Isim bisa mengalami I'rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kataDalam hal ini, Isim terbagi dua:
1) ISIM MU'RAB ( اِسْم مُعْرَب ) yaitu Isim yang bisa mengalami I'rab. Kebanyakan Isim adalah Isim Mu'rab artinya bisa berubah bentuk/baris akhirnya, tergantung kedudukannya dalam kalimat.
2) ISIM MABNI ( اِسْم مَبْنِي ) yaitu Isim yang tidak terkena kaidah-kaidah I'rab. Yang termasuk Isim Mabni adalah: Isim Dhamir (Kata Ganti), Isim Isyarat (Kata Tunjuk), Isim Maushul (Kata Sambung), Isim Istifham (Kata Tanya).
Perhatikan contoh Isim Mabni dalam kalimat-kalimat di bawah ini:
جَاءَ هَؤُلاَءِ
= datang (mereka) ini
رَأَيْتُ هَؤُلاَءِ= aku melihat (mereka) ini
سَلَّمْتُ عَلَى هَؤُلاَءِ= aku memberi salam kepada (mereka) ini
Dalam contoh-contoh di atas terlihat bahwa Isim Isyarah هَؤُلاَءِ (=ini) tidak mengalami I'rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata, meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah-ubah, baik sebagai Subjek, Objek maupunKeterangan. Isim Isyarah termasuk diantara kelompok Isim Mabni.
Bila anda telah memahami baik-baik tentang pengertian I'rab dan tanda-tanda aslinya, marilah kita melanjutkan pelajaran tentang Isim Mu'rab.

Rabu, 10 April 2013

TAWABI’ – ATHOF


Athof adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf athof, yang merupakan penghubung antara isim yang satu dengan yang lainnya, atau fi’il yang satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia, athof bisa dikatakan kata penghubung.
Contoh :

لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى
(la’anallahu al-yahuuda wannashooro)
Allah melaknat yahudi dan nasrani

Kata اللهُ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai fa’il.
Kata الْيَهُوْدَ manshub dengan fathah, isim mufrod, sebagai maf’ul bih (objek).
Kata النَّصَارَى manshub dengan fathah muqoddaroh, isim maqsur, sebagai athof yang mengikuti kata الْيَهُوْدَ.yang berkedudukan manshub

Diantara huruf-huruf athof adalah
و, ف, ثم, أو, أم, لا, لكن, بل, حتى

1. Huruf و (wau) digunakan untuk menghubungkan atau menggabungkan dua kata, dan diartikan dengan “dan”.
Contoh :

جَاءَ مُحَمَّدٌ وَ حَسَنٌ وَ سَعِيْدٌ
(jaa`a muhammadun wa hasanun wa sa’iidun)
Muhammad dan hasan dan sa’id datang

Kata حَسَنٌ dan سَعِيْدٌ marfu dengan dhommah, kedua-duanya isim mufrod. Kedudukannya sebagai athof, karena terletak setelah huruf athof و.

2. Huruf ف digunakan untuk urutan yang tanpa jeda, dan biasa diartikan dengan “lalu" atau "kemudian”.
Contoh :

دَخَلَ الْمُتَّهِمُ فَالْمُحَامِي
(dakholal muttahimu fal muhaami)
orang yang menuduh masuk kemudian pengacara masuk.

Kata الْمُحَامِي marfu dengan dhommah muqoddaroh, isim mankus, sebagai athof.
Kalimat ini menunjukkan urutan tanpa jeda waktu, sehingga maknanya, orang yang menuduh masuk seiring dengan masuknya pengacara.

3. Huruf ثم (tsumma) digunakan untuk urutan dengan jeda waktu, dan diartikan dengan “kemudian”
Contoh :

مَاتَ الرَّشِيْدُ ثُمَّ الْمَأْمُوْنُ
(maatal rosyiidu tsummal ma’muunu)
rosyid meninggal kemudian ma’mun.

Kata الْمَأْمُوْنُ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai athof.

Kalimat ini menggunakan huruf ثم sehingga menunjukkan urutan dengan jeda waktu, sehingga maknanya, rosyid meninggal kemudian dalam waktu dekat atau lama baru ma’mun meninggal.

4. Huruf أو (au) digunakan untuk menunjukkan hal yang berupa pilihan atau ragu, dan biasa diartikan dengan “atau”.
Contoh :

ضَرَبَ الكَلْبَ مُحَمَّدٌ أَوْ عَلِيٌّ
(dhorobal kalba muhammadun au aliyyun)
muhammad atau ali yang memukul anjing

Kata عَلِيٌّ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai athof.
Penggunakan huruf أو sama saja dengan penggunaan kata “atau” dalam bahasa Indonesia.

5. Huruf أم (am) digunakan untuk meminta penjelasan, bisa diartikan “apa/atau”.
Contoh :

أَكْتَبَ هَذَا المَقَالَ عَمْرٌ أَمْ مَحْمُوْدٌ؟
(aktaba hadzal maqoola amrun am mahmuud?)
yang menulis artikel ini amrun atau Mahmud?)

Kata مَحْمُوْدٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai athof.
Penggunaan huruf أم biasanya dipakai untuk kalimat tanya yang ditujukan untuk meminta kejelasan suatu hal.

6. Huruf لا (laa) digunakan untuk meniadakan hukum yang sebelumnya, biasa diartikan dengan “bukan”.
Contoh :

نَضِجَ الْبَطِيْخُ لاَ الْعِنَبُ
(nadhijal bathiikhu lal ‘inabu)
yang matang semangka bukan anggur

Kata الْعِنَبُ marfu dengan dhommah, isim marfu sebagai athof, karena terletak setelah لا yang merupakan huruf athof.

7. Huruf لكن (laakin) digunakan untuk memperbaiki atau membetulkan. Diartikan dengan “akan tetapi” atau “melainkan”.
Contoh :

مَا نَجَحَ عَلِيٌّ لَكِنْ أَخُوْهُ
(maa najaha aliyyun laakin akhuuhu)
bukan ali yang lulus melainkan saudaranya

Kata أَخُوْ marfu dengan wau, merupakan asmaul khomsah, sebagai athof.

8. Huruf بل (bal) digunakan untuk memalingkan atau menyelisihi hukum sebelumnya. Diartikan dengan “tetapi” atau “bahkan”.
Contoh :

ظَهَرَ عَلَي اْلأَمْوَاجِ زَوْرَقٌ بَلْ بَاخِرَةٌ
(dzhoharo ‘alal amwaaji zauroqun bal baakhirotun)
tampak di atas ombak sampan bahkan kapal besar

Kata بَاخِرَةٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai athof, terletak setelah بل.


Catatan :
1. I’rob athof harus sesuai dengan ma’thuf (isim yang diathofi), jika ma’thufnya manshub, athof juga manshub, jika ma’thufnya majrur atau majzum, athof juga mengikuti. Namun boleh berbeda di dalam nakiroh ma’rifatnya atau mudzakkar muannatsnya.

2. Athof pada fi’il sebagaimana athof pada isim.
Contoh :

اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ
Fi’il َتُقِيْمَ manshub karena merupakan athof dari fi’il تَشْهَدَ

Kamis, 21 Februari 2013

"Apakah" dan "Dimana"

سَعِيْدٌ : أكتابُ محمدٍ هذا يايَاسِرُ؟ 
Sa'id: (apakah buku Muhammad ini wahai yasir,,?)
ياسِرٌ : لا، هذا كتابُ حامدٍ.
Yasir : Tidak, ini bukunya hamid
سعيد : أين كتابُ محمدٍ؟
Hamid : Dimana kitabnya Muhammad..?
ياسر : هو على المكتبِ هُناكَ.
Yasir : Dia ada di atas meja, disana...
سعيد : أين دَفْتَرُ عَمَّاَرٍ؟
Sa'id: dimana buku tulisnya ammar..?
ياسر : هو على مكتب المدرسِ.
Yasir : Dia ada di atas meja pak guru
سعيد : قَلمُ مَنْ هذا يَاعليُّ؟
Sa'id : Pena siapa ini ya Ali
عَلِيٌ : هذا قلمُ المدرسِ.
Ali : ini penanya pak guru
سعيد : أين حَقِيْبَةُ المدرسِ؟
Sa'id : dimana tasnya pak guru..?
عليّ : هي تَحْتَ المكتبِ.
Ali : dia ada di bawah meja

Latihan:

Tunjukan mana saja yang termasuk ke dalam susunan mubtada' khobar, syibhul jumlah, dan munada pada percakapan di atas.

Darimana dan Kemana


المدرس: مِنْ أَيْنَ أَنْتَ؟   (darimana anda)

محمـد: أنا مِنَ اليَابَانِ.   (saya dari jepang)

 المدرس: ومِنْ أَيْنَ عَمَّارٌ ؟  (dan darimana ammar)

محمـد: هُوَ مِنَ الصِّين.   (dia dari CIna)

المدرس: ومِنْ أَيْنَ حَامِدٌ ؟  (dan darimana Hamidun)

محمـد: هُوَ مِنَ الْهِنْدِ.  (Dia dari Hindi)

المدرس: أَيْنَ عَبَّاسٌ ؟  (dimana Abbas)

محمـد: خَـرَجَ.     (Dia telah keluar)

المدرس: أَيْنَ ذَهَبَ؟  (kemana perginya)

محمـد: ذَهَبَ إلَى اْلمُدِيْرِ.  (Dia telah pergi ke kepala sekolah)

المدرس: وأَيْنَ ذَهَبَ عَليٌ ؟ (dan kemana perginya Ali)

محمـد: ذَهَبَ إلَى اْلمِرْحًاضِ. (Dia telah pergi ke Toilet)
  
:Keterangan

Pada percakapan ini kita bisa mengambil faedah yaitu:

1. Susunan mubtada' khobar sebagaimana pada kalimat: هُوَ مِنَ الصِّين
    هُوَ : Mubtada' yang berupa isim dhomir
    مِنَ الصِّين : Khobar yang berupa sibhul jumlah
2. Fi'il Madhi, sebagaimana dalam kata : ذَهَبَ (Dia telah pergi),  خَـرَجَ (Dia telah keluar)
3. Susunan Jer dan Majrur:  مِنَ اليَابَانِ dst..
    


Senin, 18 Februari 2013

FA'IL



PEMBAHASAN MENGENAI FA’IL

Keadaan suatu isim dikatakan marfu’ ada 7 keadaan, yaitu :

الفَاعِلُ
نَائِبُ الفَاعِلِ
المُبْتَدَأُ
الخَبَرُ
إِسْمُ كَانَ
 خَبَرُ إِنَّ
تَوَابِعُ

Dari ketujuh keadaaan ini, ketika suatu isim menempati kedudukan dari salah satu hal di atas, menyebabkan suatu isim menjadi marfu yang perubahan isimnya sebagaimana yang terdapat pada tabel.

Fa’il

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.


Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat di atas.

Contoh :

قَالَ نُوْحٌ (qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata

Kata نُوْحٌ marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il ma’lum.

إِذَا جَاءَكَ المُنَافِقُونَ (idza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para munafik datang kepadamu.

Kata المُنَافِقُونَ marfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum.

Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni
Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :

دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ (dakholal jannata rojulun fii dzubaabin)
Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat

Kata رَجُلٌ isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

Bisa berupa dhomir
Contoh :

وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَ مَا تَعْمَلُوْنَ (wallahu kholaqokum wa maa ta’maluun)
Dan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.

Dari kalimat di atas, lafadz jalalah اللهُ bukanlah merupakan fa’il, karena terletak sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata خَلَقَ terdapat fa’il yang berupa dhomir هو yang merupakan kata ganti dari lafadz jalalah اللهُ (cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga dhomir هو adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.

Ketentuan-ketentuan fa’il

1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau dipisahkan dengan isim yang lain.
Contoh :

رَجَعَ المُسْلِمُونَ مِنَ الْمَسْجِدِ (roja’a almuslimuuna minal masjidi)=para muslimin kembali dari masjid

رَجَعَ مِنَ الْمَسْجِدِ المُسْلِمُونَ (roja’a minal masjidi almuslimuuna)= para muslimin kembali dari masjid

Kata المُسْلِمُونَ merupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu dengan tanda wau, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il ma’lumnya tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh :

جَاء رَجُلٌ (jaa a rojulun)= satu orang laki-laki datang

جَاءَ رَجُلاَنِ(jaa a rojulaani)=dua orang laki-laki datang

جَاءَ رِجَالٌ (jaa a rijaalun)=para laki-laki datang

3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats atau mudzakkar.
Contoh :

جَاءَتْ إِمْرَأَةٌ (jaa at imroatun)=seorang perempuan datang

تَذَْهَبُْ مَرْيَمُ (tadzhabu maryamu)= maryam pergi

قَالَتْ عَائِشَةُ (qoolat ‘aisyatu)=aisyah berkata

4. Fi’il wajib muannast jika
a. Fa’il berupa isim dhohir yang merupakan muannast haqiqi yang datang langsung setelah fi’il

          Contoh :

           قَالَتْ خَدِيْجَةُ (qoolat khodiijatu)=khodijah berkata

            تَجْلِسُ هِنْدٌ (tajlisu hindun)= hindun duduk


b. Fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim muannast

          Contoh :

           إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ (idza assamaa unfathorot)= ketika langit terbelah

           Dalam kata انْفَطَرَتْ terdapat dhomir هي yang merupakan kata ganti dari السَّمَاءُ.

5. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika
a. Fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah dari fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.

          Contoh :

          إِذَا جَاءَكُمْ المُؤْمِنَاتُ (idza jaa akum almuminaatu)= ketika para wanita mu’min datang kepadamu

b. Fa’il berupa muannats majazi

          Contoh :

       طَلَعَ الشَّمْسُ / طَلَعَتِ الشَّمْسُ (thola’as syamsu / thola’atis syamsu)=matahari telah terbit

c. Fa’il berupa jama’ taksir

          Contoh :

           جَاءَ الرُّسُلُ / جَاءَتْ الرُّسُلُ (jaa arrusulu/jaa atirrusulu)= para rosul datang


Kasus :
Jika kita melihat hal ini, maka kita akan merasa geli ketika ada seorang yang mengaku nabi dan rosul padahal ia adalah seorang wanita, mereka berdalil dengan surat ibrohim ayat 10 berikut :

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?

Orang yang tidak mengerti bahasa arab akan mengatakan, “rosul itu ada yang perempuan, karena fi’il yang digunakan berupa perempuan yakni قَالَتْ, sehingga dari hal ini, rosul perempuan itu ada”.

Kita jawab :
Inilah perkataan orang yang tidak mengerti bahasa arab, dan menafsirkan bahasa arab hanya menurut hawa nafsunya. 
Jika kita mempelajari sedikit hal mengenai pembahasan fa’il ini, kita akan tahu bahwa kata رسل merupakan isim jama’ taksir, sehingga jika ia berkedudukan sebagai fa’il, maka fi’ilnya boleh muannats dan boleh mudzakkar, seperti pada ketentuan di atas.




Minggu, 10 Februari 2013

Macam-Macam Khobar


Khobar Mu'rob Murokkab
1. Khobar Mufrod
Khobar mufrod adalah khobar yang bukan berupa jumlah maupun syibhul jumlah.
Contoh:
الْعَامِلُ حَاضِرٌ (Seorang pekerja itu hadir)
الْعَامِلاَنِ حَاضِرَانِ (Dua orang pekerja itu hadir)
2. Khobar Murokkab
Khobar murokkab adalah khobar yang berupa jumlah atau syibhul jumlah.
a. Khobar yang berupa jumlah
i. Jumlah Ismiyah
Contoh:
الْوَلَدُ كِتَابُهُ جَدِيْدٌ (Anak laki-laki itu bukunya baru)
الْوَلَدُ أَبُوْهُ حَاضِرٌ (Anak laki-laki itu bapaknya hadir)
ii. Jumlah Fi’liyah
Contoh:
الْوَلَدُ حَضَرَ أَبُوْهُ (Anak itu telah hadir bapaknya)
الْمُدَرِّسُ حَضَرَ (Seorang pengajar itu telah hadir)
الْمُدَرِّسُوْنَ حَضَرُوْا (Para pengajar itu telah hadir)
b. Khobar yang berupa syibhul jumlah
i. Jer dan Majrur
Contoh:
ii. Dhorof dan Mudhof ilaih
Contoh:

Setelah anda fahami ini, jika setiap kalimat ini kemasukan Inna maka dia menjadi isim Inna dan Khobarnya adalah khobar Inna. Jadi kalau bicara tentang Khobar Inna sama saja macamnya dengan yang disebutkan di atas.

Kamis, 07 Februari 2013

Contoh Penggunaan Isim Inna Dalam Percakapan



 هاشِمٌ
: السلام عليكم ورَحْمَةُ اللَّهِ وبَركاتُه.
 المدرس
: وعليكم السلامُ ورحمة اللّه وبركاته.
  هاشم
: كيف حالك يا أستاذ؟ لَعَلَّك بخَيْرٍ .
  المدرس
: الحمد للّه. وكيف حالك أنَت يا هاشم؟
 أنا أحِبُّك كثيرا يا هاشم. إنَّكَ طالبٌ ذَكِيٌ ومجتهدٌ وذُو خُلُقٍ 
أمن باكستان أنت أَمْ من الهند يا هاشم؟
  هاشم
: إني من الهند.
  المدرس
: وزميلُك الذي خرج مَعَك الآن من الفصل،
 أهو أيضًا من الهند؟
  هاشم
: لا، إِنَّه من باكستان.
  المدرس
: إِنَّ ساعتَك جميلة يا هاشم. أمن اليابان هي؟
  هاشم
: لا، إِنَّها من الهند.
  المدرس
: أغالِيَةٌ هي أَمْ رَخِيْصة؟
  هاشم
: إِنَّها رخيصة جدّا. إِنَّها بِمِائَةِ رُوْبِيَّةٍ فَقَطْ.
  المدرس
: كم أخًا لك يا هاشم؟

  هاشم
: لي ثلاثة إِخوة.
  المدرس
: أطُلابٌ هم؟
  هاشم
: لا، إِنَهم تجار.
  المدرس
: وكم أختًا لك؟
  هاشم
: لي أربع أخَوات.
  المدرس
: أفي الهند هُنّ الآن؟
  هاشم
: لا، إِنَّهنَّ هنا بالمدينة المُنَوَّرة مع أبي وأمّي.
  المدرس
: أطالبات هنّ؟
  هاشم
: لا، إِنَّهنَّ مدرِّسات بالمدرسة الثانوية

Minggu, 03 Februari 2013

"INNA" DAN "KANA" SERTA "SAUDARI-SAUDARINYA"


إِنَّ وَ كَانَ وَ أَخَوَاتُهُمَا
"INNA" DAN "KANA" SERTA "SAUDARI-SAUDARINYA"

Kata  إِنَّ (sesungguhnya) dan  كَانَ (adalah) serta kawan-kawannya sedikit mengubah kaidah I'rab yang telah kita pelajari sebelumnya sebagai berikut:
1) Bila Harf  إِنَّ (sesungguhnya) atau kawan-kawannya memasuki sebuah Jumlah Ismiyyah ataupun Jumlah Fi'liyyah maka Mubtada' atau Fa'il yang asalnya Isim Marfu' akan menjadi Isim Manshub. Perhatikan contoh di bawah ini:


Jumlah tanpa Inna
Jumlah dengan Inna
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ
إِنَّ الْبَيْتَ كَبِيْرٌ
(rumah itu besar)
(sesungguhnya rumah itu besar)
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ غَالٌ
لَكِنَّ اَلْبَيْتَ الْكَبِيْرَ غَالٌ
(rumah besar itu mahal)
(akan tetapi rumah besar itu mahal)
نَصَرَ اللهُ الْمُؤْمِنَ
لَعَلَّ اللهَ يَنْصُرُ الْمُؤْمِنَ
(Allah menolong mukmin)
(semoga Allah menolong mukmin)
Yang termasuk kawan-kawan إِنَّ antara lain: أَنَّ (bahwasanya), كَأَنَّ (seolah-olah), لَكِنَّ (akan tetapi), لَعَلَّ (agar supaya), لَيْتَ (andai saja), لاَ (tidak, tidak ada).

Catatan: Isim setelah Inna disebut Isim Inna dan Khobarnya di sebut khobar Inna

2) Bila Fi'il  كَانَ (adalah) atau kawan-kawannya memasuki sebuah Jumlah Ismiyyah maka Khabar yang asalnya Isim Marfu' akan menjadi Isim Manshub.


Jumlah tanpa Kana
Jumlah dengan Kana
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌكَانَ الْبَيْتُ كَبِيْرًا
(rumah itu besar)
(adalah rumah itu besar)
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ جَمِيْلٌظَلَّ الْبَيْتُ كَبِيْرًا جَمِيْلاً
(rumah itu besar lagi cantik)
(jadilah rumah itu besar lagi cantik)
مُحَمَّدٌ سَعِيْدٌ
مَا زَالَ مُحَمَّدٌ سَعِيْدًا
(Muhammad bahagia)
(Muhammad senantiasa bahagia)

Adapun yang termasuk kawan-kawan كَانَ (adalah) antara lain: 
أَصْبَحَ
 / أَضْحَى / ظَلَّ / أَمْسَى / بَاتَ / 
صَارَ (menjadi),
مَا
 زَالَ (senantiasa), مَا دَامَ (selama), مَا (tidak), لَيْسَ (tidak).

Catatan: Isim setelah Kaana disebut Isim Kaana dan Khobarnya di sebut khobar Kaana

Pahamilah baik-baik semua kaidah-kaidah yang terdapat dalam pelajaran ini sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya.

Dhomir (Kata Ganti Oraang)


اَلضَّمِيْرُ
(Kata Ganti Orang)
A. Dhomir Munfashil
Dhomir Munfashil adalah dhomir yang penulisannya terpisah dengan kata yang lain.
Pembacaan Tabel
هُوَ Dia (Seorang laki-laki)
هُمَا Mereka (Dua orang laki-laki/perempuan)
هُمْ Mereka (Para lelaki)
أَنْتَ Kamu (Seorang laki-laki)
أنْتُمْ Kalian (Para lelaki)
dst..
Contoh:
هُوَ أُسْتاَذٌ (Dia adalah seorang Ustadz)
أَنَا مسْلِمٌ (Aku adalah seorang muslim)
B. Dhomir Muttashil
Dhomir Muttashil adalah dhomir yang penulisannya bersambung dengan kata yang lain.
Pembacaan Tabel
كِتَابُهُ Bukunya (Buku milik laki-laki itu)
كِتَابُهُنَّ Buku mereka (Buku milik para perempuan itu)
dst..
C. Dhomir Mustatir
Dhomir Mustatir adalah dhomir yang tidak tertulis dalam kalimat akan tetapi tersembunyi dalam suatu kata.
Akan datang penjelasannya, insyaAllah