Kamis, 21 Februari 2013

"Apakah" dan "Dimana"

سَعِيْدٌ : أكتابُ محمدٍ هذا يايَاسِرُ؟ 
Sa'id: (apakah buku Muhammad ini wahai yasir,,?)
ياسِرٌ : لا، هذا كتابُ حامدٍ.
Yasir : Tidak, ini bukunya hamid
سعيد : أين كتابُ محمدٍ؟
Hamid : Dimana kitabnya Muhammad..?
ياسر : هو على المكتبِ هُناكَ.
Yasir : Dia ada di atas meja, disana...
سعيد : أين دَفْتَرُ عَمَّاَرٍ؟
Sa'id: dimana buku tulisnya ammar..?
ياسر : هو على مكتب المدرسِ.
Yasir : Dia ada di atas meja pak guru
سعيد : قَلمُ مَنْ هذا يَاعليُّ؟
Sa'id : Pena siapa ini ya Ali
عَلِيٌ : هذا قلمُ المدرسِ.
Ali : ini penanya pak guru
سعيد : أين حَقِيْبَةُ المدرسِ؟
Sa'id : dimana tasnya pak guru..?
عليّ : هي تَحْتَ المكتبِ.
Ali : dia ada di bawah meja

Latihan:

Tunjukan mana saja yang termasuk ke dalam susunan mubtada' khobar, syibhul jumlah, dan munada pada percakapan di atas.

Darimana dan Kemana


المدرس: مِنْ أَيْنَ أَنْتَ؟   (darimana anda)

محمـد: أنا مِنَ اليَابَانِ.   (saya dari jepang)

 المدرس: ومِنْ أَيْنَ عَمَّارٌ ؟  (dan darimana ammar)

محمـد: هُوَ مِنَ الصِّين.   (dia dari CIna)

المدرس: ومِنْ أَيْنَ حَامِدٌ ؟  (dan darimana Hamidun)

محمـد: هُوَ مِنَ الْهِنْدِ.  (Dia dari Hindi)

المدرس: أَيْنَ عَبَّاسٌ ؟  (dimana Abbas)

محمـد: خَـرَجَ.     (Dia telah keluar)

المدرس: أَيْنَ ذَهَبَ؟  (kemana perginya)

محمـد: ذَهَبَ إلَى اْلمُدِيْرِ.  (Dia telah pergi ke kepala sekolah)

المدرس: وأَيْنَ ذَهَبَ عَليٌ ؟ (dan kemana perginya Ali)

محمـد: ذَهَبَ إلَى اْلمِرْحًاضِ. (Dia telah pergi ke Toilet)
  
:Keterangan

Pada percakapan ini kita bisa mengambil faedah yaitu:

1. Susunan mubtada' khobar sebagaimana pada kalimat: هُوَ مِنَ الصِّين
    هُوَ : Mubtada' yang berupa isim dhomir
    مِنَ الصِّين : Khobar yang berupa sibhul jumlah
2. Fi'il Madhi, sebagaimana dalam kata : ذَهَبَ (Dia telah pergi),  خَـرَجَ (Dia telah keluar)
3. Susunan Jer dan Majrur:  مِنَ اليَابَانِ dst..
    


Senin, 18 Februari 2013

FA'IL



PEMBAHASAN MENGENAI FA’IL

Keadaan suatu isim dikatakan marfu’ ada 7 keadaan, yaitu :

الفَاعِلُ
نَائِبُ الفَاعِلِ
المُبْتَدَأُ
الخَبَرُ
إِسْمُ كَانَ
 خَبَرُ إِنَّ
تَوَابِعُ

Dari ketujuh keadaaan ini, ketika suatu isim menempati kedudukan dari salah satu hal di atas, menyebabkan suatu isim menjadi marfu yang perubahan isimnya sebagaimana yang terdapat pada tabel.

Fa’il

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.


Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat di atas.

Contoh :

قَالَ نُوْحٌ (qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata

Kata نُوْحٌ marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il ma’lum.

إِذَا جَاءَكَ المُنَافِقُونَ (idza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para munafik datang kepadamu.

Kata المُنَافِقُونَ marfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum.

Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni
Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :

دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ (dakholal jannata rojulun fii dzubaabin)
Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat

Kata رَجُلٌ isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

Bisa berupa dhomir
Contoh :

وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَ مَا تَعْمَلُوْنَ (wallahu kholaqokum wa maa ta’maluun)
Dan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.

Dari kalimat di atas, lafadz jalalah اللهُ bukanlah merupakan fa’il, karena terletak sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata خَلَقَ terdapat fa’il yang berupa dhomir هو yang merupakan kata ganti dari lafadz jalalah اللهُ (cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga dhomir هو adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.

Ketentuan-ketentuan fa’il

1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau dipisahkan dengan isim yang lain.
Contoh :

رَجَعَ المُسْلِمُونَ مِنَ الْمَسْجِدِ (roja’a almuslimuuna minal masjidi)=para muslimin kembali dari masjid

رَجَعَ مِنَ الْمَسْجِدِ المُسْلِمُونَ (roja’a minal masjidi almuslimuuna)= para muslimin kembali dari masjid

Kata المُسْلِمُونَ merupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu dengan tanda wau, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il ma’lumnya tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh :

جَاء رَجُلٌ (jaa a rojulun)= satu orang laki-laki datang

جَاءَ رَجُلاَنِ(jaa a rojulaani)=dua orang laki-laki datang

جَاءَ رِجَالٌ (jaa a rijaalun)=para laki-laki datang

3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats atau mudzakkar.
Contoh :

جَاءَتْ إِمْرَأَةٌ (jaa at imroatun)=seorang perempuan datang

تَذَْهَبُْ مَرْيَمُ (tadzhabu maryamu)= maryam pergi

قَالَتْ عَائِشَةُ (qoolat ‘aisyatu)=aisyah berkata

4. Fi’il wajib muannast jika
a. Fa’il berupa isim dhohir yang merupakan muannast haqiqi yang datang langsung setelah fi’il

          Contoh :

           قَالَتْ خَدِيْجَةُ (qoolat khodiijatu)=khodijah berkata

            تَجْلِسُ هِنْدٌ (tajlisu hindun)= hindun duduk


b. Fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim muannast

          Contoh :

           إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ (idza assamaa unfathorot)= ketika langit terbelah

           Dalam kata انْفَطَرَتْ terdapat dhomir هي yang merupakan kata ganti dari السَّمَاءُ.

5. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika
a. Fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah dari fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.

          Contoh :

          إِذَا جَاءَكُمْ المُؤْمِنَاتُ (idza jaa akum almuminaatu)= ketika para wanita mu’min datang kepadamu

b. Fa’il berupa muannats majazi

          Contoh :

       طَلَعَ الشَّمْسُ / طَلَعَتِ الشَّمْسُ (thola’as syamsu / thola’atis syamsu)=matahari telah terbit

c. Fa’il berupa jama’ taksir

          Contoh :

           جَاءَ الرُّسُلُ / جَاءَتْ الرُّسُلُ (jaa arrusulu/jaa atirrusulu)= para rosul datang


Kasus :
Jika kita melihat hal ini, maka kita akan merasa geli ketika ada seorang yang mengaku nabi dan rosul padahal ia adalah seorang wanita, mereka berdalil dengan surat ibrohim ayat 10 berikut :

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?

Orang yang tidak mengerti bahasa arab akan mengatakan, “rosul itu ada yang perempuan, karena fi’il yang digunakan berupa perempuan yakni قَالَتْ, sehingga dari hal ini, rosul perempuan itu ada”.

Kita jawab :
Inilah perkataan orang yang tidak mengerti bahasa arab, dan menafsirkan bahasa arab hanya menurut hawa nafsunya. 
Jika kita mempelajari sedikit hal mengenai pembahasan fa’il ini, kita akan tahu bahwa kata رسل merupakan isim jama’ taksir, sehingga jika ia berkedudukan sebagai fa’il, maka fi’ilnya boleh muannats dan boleh mudzakkar, seperti pada ketentuan di atas.




Minggu, 10 Februari 2013

Macam-Macam Khobar


Khobar Mu'rob Murokkab
1. Khobar Mufrod
Khobar mufrod adalah khobar yang bukan berupa jumlah maupun syibhul jumlah.
Contoh:
الْعَامِلُ حَاضِرٌ (Seorang pekerja itu hadir)
الْعَامِلاَنِ حَاضِرَانِ (Dua orang pekerja itu hadir)
2. Khobar Murokkab
Khobar murokkab adalah khobar yang berupa jumlah atau syibhul jumlah.
a. Khobar yang berupa jumlah
i. Jumlah Ismiyah
Contoh:
الْوَلَدُ كِتَابُهُ جَدِيْدٌ (Anak laki-laki itu bukunya baru)
الْوَلَدُ أَبُوْهُ حَاضِرٌ (Anak laki-laki itu bapaknya hadir)
ii. Jumlah Fi’liyah
Contoh:
الْوَلَدُ حَضَرَ أَبُوْهُ (Anak itu telah hadir bapaknya)
الْمُدَرِّسُ حَضَرَ (Seorang pengajar itu telah hadir)
الْمُدَرِّسُوْنَ حَضَرُوْا (Para pengajar itu telah hadir)
b. Khobar yang berupa syibhul jumlah
i. Jer dan Majrur
Contoh:
ii. Dhorof dan Mudhof ilaih
Contoh:

Setelah anda fahami ini, jika setiap kalimat ini kemasukan Inna maka dia menjadi isim Inna dan Khobarnya adalah khobar Inna. Jadi kalau bicara tentang Khobar Inna sama saja macamnya dengan yang disebutkan di atas.

Kamis, 07 Februari 2013

Contoh Penggunaan Isim Inna Dalam Percakapan



 هاشِمٌ
: السلام عليكم ورَحْمَةُ اللَّهِ وبَركاتُه.
 المدرس
: وعليكم السلامُ ورحمة اللّه وبركاته.
  هاشم
: كيف حالك يا أستاذ؟ لَعَلَّك بخَيْرٍ .
  المدرس
: الحمد للّه. وكيف حالك أنَت يا هاشم؟
 أنا أحِبُّك كثيرا يا هاشم. إنَّكَ طالبٌ ذَكِيٌ ومجتهدٌ وذُو خُلُقٍ 
أمن باكستان أنت أَمْ من الهند يا هاشم؟
  هاشم
: إني من الهند.
  المدرس
: وزميلُك الذي خرج مَعَك الآن من الفصل،
 أهو أيضًا من الهند؟
  هاشم
: لا، إِنَّه من باكستان.
  المدرس
: إِنَّ ساعتَك جميلة يا هاشم. أمن اليابان هي؟
  هاشم
: لا، إِنَّها من الهند.
  المدرس
: أغالِيَةٌ هي أَمْ رَخِيْصة؟
  هاشم
: إِنَّها رخيصة جدّا. إِنَّها بِمِائَةِ رُوْبِيَّةٍ فَقَطْ.
  المدرس
: كم أخًا لك يا هاشم؟

  هاشم
: لي ثلاثة إِخوة.
  المدرس
: أطُلابٌ هم؟
  هاشم
: لا، إِنَهم تجار.
  المدرس
: وكم أختًا لك؟
  هاشم
: لي أربع أخَوات.
  المدرس
: أفي الهند هُنّ الآن؟
  هاشم
: لا، إِنَّهنَّ هنا بالمدينة المُنَوَّرة مع أبي وأمّي.
  المدرس
: أطالبات هنّ؟
  هاشم
: لا، إِنَّهنَّ مدرِّسات بالمدرسة الثانوية

Minggu, 03 Februari 2013

"INNA" DAN "KANA" SERTA "SAUDARI-SAUDARINYA"


إِنَّ وَ كَانَ وَ أَخَوَاتُهُمَا
"INNA" DAN "KANA" SERTA "SAUDARI-SAUDARINYA"

Kata  إِنَّ (sesungguhnya) dan  كَانَ (adalah) serta kawan-kawannya sedikit mengubah kaidah I'rab yang telah kita pelajari sebelumnya sebagai berikut:
1) Bila Harf  إِنَّ (sesungguhnya) atau kawan-kawannya memasuki sebuah Jumlah Ismiyyah ataupun Jumlah Fi'liyyah maka Mubtada' atau Fa'il yang asalnya Isim Marfu' akan menjadi Isim Manshub. Perhatikan contoh di bawah ini:


Jumlah tanpa Inna
Jumlah dengan Inna
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ
إِنَّ الْبَيْتَ كَبِيْرٌ
(rumah itu besar)
(sesungguhnya rumah itu besar)
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ غَالٌ
لَكِنَّ اَلْبَيْتَ الْكَبِيْرَ غَالٌ
(rumah besar itu mahal)
(akan tetapi rumah besar itu mahal)
نَصَرَ اللهُ الْمُؤْمِنَ
لَعَلَّ اللهَ يَنْصُرُ الْمُؤْمِنَ
(Allah menolong mukmin)
(semoga Allah menolong mukmin)
Yang termasuk kawan-kawan إِنَّ antara lain: أَنَّ (bahwasanya), كَأَنَّ (seolah-olah), لَكِنَّ (akan tetapi), لَعَلَّ (agar supaya), لَيْتَ (andai saja), لاَ (tidak, tidak ada).

Catatan: Isim setelah Inna disebut Isim Inna dan Khobarnya di sebut khobar Inna

2) Bila Fi'il  كَانَ (adalah) atau kawan-kawannya memasuki sebuah Jumlah Ismiyyah maka Khabar yang asalnya Isim Marfu' akan menjadi Isim Manshub.


Jumlah tanpa Kana
Jumlah dengan Kana
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌكَانَ الْبَيْتُ كَبِيْرًا
(rumah itu besar)
(adalah rumah itu besar)
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ جَمِيْلٌظَلَّ الْبَيْتُ كَبِيْرًا جَمِيْلاً
(rumah itu besar lagi cantik)
(jadilah rumah itu besar lagi cantik)
مُحَمَّدٌ سَعِيْدٌ
مَا زَالَ مُحَمَّدٌ سَعِيْدًا
(Muhammad bahagia)
(Muhammad senantiasa bahagia)

Adapun yang termasuk kawan-kawan كَانَ (adalah) antara lain: 
أَصْبَحَ
 / أَضْحَى / ظَلَّ / أَمْسَى / بَاتَ / 
صَارَ (menjadi),
مَا
 زَالَ (senantiasa), مَا دَامَ (selama), مَا (tidak), لَيْسَ (tidak).

Catatan: Isim setelah Kaana disebut Isim Kaana dan Khobarnya di sebut khobar Kaana

Pahamilah baik-baik semua kaidah-kaidah yang terdapat dalam pelajaran ini sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya.

Dhomir (Kata Ganti Oraang)


اَلضَّمِيْرُ
(Kata Ganti Orang)
A. Dhomir Munfashil
Dhomir Munfashil adalah dhomir yang penulisannya terpisah dengan kata yang lain.
Pembacaan Tabel
هُوَ Dia (Seorang laki-laki)
هُمَا Mereka (Dua orang laki-laki/perempuan)
هُمْ Mereka (Para lelaki)
أَنْتَ Kamu (Seorang laki-laki)
أنْتُمْ Kalian (Para lelaki)
dst..
Contoh:
هُوَ أُسْتاَذٌ (Dia adalah seorang Ustadz)
أَنَا مسْلِمٌ (Aku adalah seorang muslim)
B. Dhomir Muttashil
Dhomir Muttashil adalah dhomir yang penulisannya bersambung dengan kata yang lain.
Pembacaan Tabel
كِتَابُهُ Bukunya (Buku milik laki-laki itu)
كِتَابُهُنَّ Buku mereka (Buku milik para perempuan itu)
dst..
C. Dhomir Mustatir
Dhomir Mustatir adalah dhomir yang tidak tertulis dalam kalimat akan tetapi tersembunyi dalam suatu kata.
Akan datang penjelasannya, insyaAllah