Rabu, 10 April 2013

TAWABI’ – ATHOF


Athof adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf athof, yang merupakan penghubung antara isim yang satu dengan yang lainnya, atau fi’il yang satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa Indonesia, athof bisa dikatakan kata penghubung.
Contoh :

لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى
(la’anallahu al-yahuuda wannashooro)
Allah melaknat yahudi dan nasrani

Kata اللهُ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai fa’il.
Kata الْيَهُوْدَ manshub dengan fathah, isim mufrod, sebagai maf’ul bih (objek).
Kata النَّصَارَى manshub dengan fathah muqoddaroh, isim maqsur, sebagai athof yang mengikuti kata الْيَهُوْدَ.yang berkedudukan manshub

Diantara huruf-huruf athof adalah
و, ف, ثم, أو, أم, لا, لكن, بل, حتى

1. Huruf و (wau) digunakan untuk menghubungkan atau menggabungkan dua kata, dan diartikan dengan “dan”.
Contoh :

جَاءَ مُحَمَّدٌ وَ حَسَنٌ وَ سَعِيْدٌ
(jaa`a muhammadun wa hasanun wa sa’iidun)
Muhammad dan hasan dan sa’id datang

Kata حَسَنٌ dan سَعِيْدٌ marfu dengan dhommah, kedua-duanya isim mufrod. Kedudukannya sebagai athof, karena terletak setelah huruf athof و.

2. Huruf ف digunakan untuk urutan yang tanpa jeda, dan biasa diartikan dengan “lalu" atau "kemudian”.
Contoh :

دَخَلَ الْمُتَّهِمُ فَالْمُحَامِي
(dakholal muttahimu fal muhaami)
orang yang menuduh masuk kemudian pengacara masuk.

Kata الْمُحَامِي marfu dengan dhommah muqoddaroh, isim mankus, sebagai athof.
Kalimat ini menunjukkan urutan tanpa jeda waktu, sehingga maknanya, orang yang menuduh masuk seiring dengan masuknya pengacara.

3. Huruf ثم (tsumma) digunakan untuk urutan dengan jeda waktu, dan diartikan dengan “kemudian”
Contoh :

مَاتَ الرَّشِيْدُ ثُمَّ الْمَأْمُوْنُ
(maatal rosyiidu tsummal ma’muunu)
rosyid meninggal kemudian ma’mun.

Kata الْمَأْمُوْنُ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai athof.

Kalimat ini menggunakan huruf ثم sehingga menunjukkan urutan dengan jeda waktu, sehingga maknanya, rosyid meninggal kemudian dalam waktu dekat atau lama baru ma’mun meninggal.

4. Huruf أو (au) digunakan untuk menunjukkan hal yang berupa pilihan atau ragu, dan biasa diartikan dengan “atau”.
Contoh :

ضَرَبَ الكَلْبَ مُحَمَّدٌ أَوْ عَلِيٌّ
(dhorobal kalba muhammadun au aliyyun)
muhammad atau ali yang memukul anjing

Kata عَلِيٌّ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai athof.
Penggunakan huruf أو sama saja dengan penggunaan kata “atau” dalam bahasa Indonesia.

5. Huruf أم (am) digunakan untuk meminta penjelasan, bisa diartikan “apa/atau”.
Contoh :

أَكْتَبَ هَذَا المَقَالَ عَمْرٌ أَمْ مَحْمُوْدٌ؟
(aktaba hadzal maqoola amrun am mahmuud?)
yang menulis artikel ini amrun atau Mahmud?)

Kata مَحْمُوْدٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai athof.
Penggunaan huruf أم biasanya dipakai untuk kalimat tanya yang ditujukan untuk meminta kejelasan suatu hal.

6. Huruf لا (laa) digunakan untuk meniadakan hukum yang sebelumnya, biasa diartikan dengan “bukan”.
Contoh :

نَضِجَ الْبَطِيْخُ لاَ الْعِنَبُ
(nadhijal bathiikhu lal ‘inabu)
yang matang semangka bukan anggur

Kata الْعِنَبُ marfu dengan dhommah, isim marfu sebagai athof, karena terletak setelah لا yang merupakan huruf athof.

7. Huruf لكن (laakin) digunakan untuk memperbaiki atau membetulkan. Diartikan dengan “akan tetapi” atau “melainkan”.
Contoh :

مَا نَجَحَ عَلِيٌّ لَكِنْ أَخُوْهُ
(maa najaha aliyyun laakin akhuuhu)
bukan ali yang lulus melainkan saudaranya

Kata أَخُوْ marfu dengan wau, merupakan asmaul khomsah, sebagai athof.

8. Huruf بل (bal) digunakan untuk memalingkan atau menyelisihi hukum sebelumnya. Diartikan dengan “tetapi” atau “bahkan”.
Contoh :

ظَهَرَ عَلَي اْلأَمْوَاجِ زَوْرَقٌ بَلْ بَاخِرَةٌ
(dzhoharo ‘alal amwaaji zauroqun bal baakhirotun)
tampak di atas ombak sampan bahkan kapal besar

Kata بَاخِرَةٌ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai athof, terletak setelah بل.


Catatan :
1. I’rob athof harus sesuai dengan ma’thuf (isim yang diathofi), jika ma’thufnya manshub, athof juga manshub, jika ma’thufnya majrur atau majzum, athof juga mengikuti. Namun boleh berbeda di dalam nakiroh ma’rifatnya atau mudzakkar muannatsnya.

2. Athof pada fi’il sebagaimana athof pada isim.
Contoh :

اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ
Fi’il َتُقِيْمَ manshub karena merupakan athof dari fi’il تَشْهَدَ